Sabtu, 05 Juni 2010

Manisnya Buah Memegang Amanah

Ketika seseorang diberi amanah dan ia dapat menjaga amanah tersebut, maka Allah Swt akan membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan. Baik selama ia hidup di dunia atau kelak di akhirat nanti. Karena sungguh luar biasa orang yang bisa menjaga hawa nafsunya untuk bisa menjaga amanah tersebut.
Sebuah cerita pernah di riwayatkan oleh Abu Hurairoh Radhiallahu ‘Anhu tentang sebuah kepercayaan dan amanah. Fenomena ini terjadi di zaman Rasulllah Shalallahu Alaihi Wasalam. Ketika itu salah seorang dari Bani Isroil sedang mendapatkan ujian dari Allah Swt. Yang mana saat itu keadaan ekonominya sangat pailit dan ia sangat membutuhkan uang untuk mencukupi urusannya. Akhirnya datanglah ia kepada temannya sesama Bani Isroil yang selama ini telah ia kenal baik. Lalu ia mengutarakan kedatangannya dan menceritakan keadaan yang sedang di deranya kepada temannya tersebut, dengan harapan agar temannnya bersedia untuk meminjamkannya uang sebesar 1000 Dinar.
Setelah seorang Bani Israil tersebut mengutarakan maksud kedatangannya, akhirnya temannya yang baik hati itu merasa iba dengan persoalan yang menimpa teman baiknya itu.
“Baiklah aku akan meminjamkan kepadamu sesuai yang engkau pinta”
Seseorang yang meminjam uang itupun merasa sangat senang karena temannya mau memberikannya pinjaman uang tersebut.
“Kalau begitu datangkanlah kepadaku beberapa orang saksi agar dapat menyaksikan perhutang ini dan menjadi saksi kelak kalau terjadi sesuatu di antara kita”. Pinta teman yang memberi hutang kepada temannya yang di beri pinjaman uang.
“Cukupah Allah SWT yang menyaksikan dan menjadi saksi atas perhutangan ini”. Jawab Bani Israil yang meminjam uang.
“Baiklah kalau begitu, sekarang berikanlah aku sesuatu untuk menjadi jaminan bagi uangku ini, agar kelak aku benar-benar akan mandapatkanya kembali”. Pinta kembali Bani Isroil yang meninjamkan uang.
“Cukuplah Allah SWT yang akan menjaminku”. Jawab seseorang yang meninjam uang tersebut dengan tegas.
“Engkau benar, baiklah aku percaya kepadamu dan percaya bahwa Allah SWT lah yang akan menjadi saksi dan jaminan bagi semua hutangmu ini”
Setelah sedikit berbincang-bincang, akhirnya di tentukanlah waktu pengembalian uang tersebut. Ketika dalam masa peminjaman uang itu, Bani Israil yang meninjam uang tersebut pergi berlayar meninggalkan kota dimana tempat teman yang meminjamkannya uang tinggal. Seiring waktu berjalan akhirnya hutang itu telah jatuh tempo sesuai dengan waktu yang telah mereka sepakati. Maka seseorang yang meminjam uang tersebutpun telah mempersiapkan uang yang di kembalikan kepada temannya yang baik hati tersebut. Saat itu seseorang yang meninjam uang tersebut masih dalam masa perantauan. Oleh karena itu, Ia ingin pulang untuk mengembalikan uang tersebut. Akan tetapi setelah lama menunggu, ia tidak juga mendapatkan kapal yang akan mengantarkannya pulang. Sedangkan hari tidak lama lagi akan berganti. Saat itu ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, karena rasanya tidak mungkin mengarungi lautan yang sangat luas ini dengan tanpa kapal.
Akhirnya ketika ia sedang merenung sambil menunggu kapal yang tak kunjung datang, ia melihat sebatang kayu yang agak besar sedang terapung di laut. Akhirnya ia mengambil kayu tersebut dan melubangi bagian tengahnya, lalu ia letakan uang sebesar 1000 dinar beserta surat kepemilikannya di dalam lubang kayu tersebut, kemudian setelah meletakannya, ia tutup rapat-rapat kayu itu. Setelah semuanya selesai, ia apungkan kayu tesebut diatas lautan seraya berkata:
“ Ya Allah, Engkau adalah Yang Maha Mengetahui bahwa aku memiliki hutang kepada temanku sebesar 1000 dinar, dan hari ini hutang itu telah jatuh tempo. Ketika temanku meminta saksi untuk hutang ini, aku mengatakan cukuplah Engkau yang menjadi Saksi, dan ketika temanku meminta sebuah jaminan, aku katakana cukuplah Engkau yang menjaminku. Temanku pun menyetujui semua itu. Dan saat ini sunggu aku telah berusaha untuk mendapatkan kapal, agar aku dapat kembali kepadanya untuk memberikan hutangku. Akan tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu, maka melalui kayu ini aku titipkan hutangku kepadaMu.
Setelah itu, kayu itu terapung-apung di lautan terbawa ombak. Di saat yang sama juga, seseorang yang memberikan pinjaman tengah menunggu kapal yang singgah untuk kemudian menemui temannya yang telah meminjam uang kepadanya. Tapi, tidak satupun kapal yang dilihatnya singgah, ia hanya melihat sebatang kayu di tepian pantai, lalu ia mengambil kayu tersebut untuk diberikan kepada istrinya, agar bisa dijadikan sebagai kayu bakar. Kayu itu ia kampak hingga terbelah menjadi dua sisi, dan ketika itulah uang sebesar 1000 Dirham itu berserakan beserta sepucuk surat untuknya.
Selang beberapa hari, setelah lama menunggu, akhirnya kapal yang ia nantikan datang. Pulanglah ia ke kampung halamannya untuk kemudian menemui temannya dan mengembalikan uang 1000 Dirhamnya. Setibanya ia dirumah temannya ia meminta maaf kepada temannya, karena ia benar-benar baru mendapatkan kapal untuk pulang.
“Demi Allah, aku benar-benar tidak mendapatkan kapal untuk kembali kesini, dan maafkan aku atas ketelambatanku untuk mengembalikan uangmu”. Seraya berkata, ia memberikan uang 1000 Dirham kepada temannya.
“Bukankah engkau telah mengembalikannya kepadaku?”. Tanya seseorang yang meminjamkan uang tersebut.
“Demi Allah tidak ada satupun kapal yang belayar sebelum kapalku. Bagaimana mungkin aku mengmbalikan uangmu?”
“Kau telah menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa, maka Allah Swt yang telah menyampaikan titiapanmu kepadaku melalui kayu ini, maka bawalah kembalil uang 1000 Dirhammu ini dengan keberuntungan”
Demikianlah akhirnya Bani Israil tersebut mendapatkan kembali uangnya sebesar 1000 Dirham. Dan itu semua adalah buah dari amanah yang di pegangnya dan mempercayakan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar